Rabu, 12 Oktober 2011

Mengenal Sahabat Nabi



Judul       : Sahabat Nabi
Penulis   : Fu’ad Jabali
Penerbit: Mizan Publika
Tahun     :  Desember  2010
Tebal       :  648 Halaman
Pemahaman seseorang terhadap Islam berkait-kelindan dengan bagaimana ia memahami sosok sahabat Nabi. Perbedaan yang terjadi antara Syi’ah dan Sunni menegasterangkan kalau pemahanan terhadap sahabat sangat berdampak kepada pemahaman seorang akan Islam. Syiah memiliki konsep dan pandangan tersendiri tentang sosok sahabat. Bagi mereka sahabat Ali ra lebih diunggulkan daripada Abu Bakar, Umar, dan Ustman. Sedangkan menurut Sunni, semua sahabat adalah udul dan tidak perlu lagi dipertanyakan integritas mereka. Perbedaan semacam ini akan sangat kelihatan efeknya ketika kita mulai berkecimpung dalam ilmu hadis.
Mengetahui siapa dan bagaimana sahabat Nabi sangatlah urgen. Apalagi Sahabat adalah satu-satunya generasi yang bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Selain itu, tata cara ibadah dan etika yang kita pedomani saat ini semuanya berasal dari mereka (sahabat). Nabi dan Sahabat-Nya ibarat dua sisi mata uang yang selalu menyatu, tak bisa dipisahkan. Apapun yang dilakukan Rasul selalu diikutinya, bahkan ketika Nabi mencopot sandal ketika shalat, mereka pun ramai-ramai mencopot sandal ketika shalat. Kesetiaan mereka terhadap Rasul tak perlu diragukan lagi. Harta nan melimpah serta  tubuh ini akan mereka korbankan demi membela Rasulullah SAW, serta kelangsungan agama Allah.
Adalah Abu Bakar misalnya, beliau adalah orang yang pertama kali menyumbangkan seluruh hartanya sebanyak 4000 Dirham kepada Nabi ketika perang Tabuk sedang berkecamuk. Ketika Rasul bertanya, adakah sisanya bagimu? Beliau menjawab, Allah wa Rasulahu A’lam. Setelah itu, Umar, Thalhah bin ‘Abdillah, Sa’ad bin ‘Ubadah, dan beberapa sahabat lainnya pun ikut beramai-ramai menyumbangkan hartanya kepada Nabi SAW. Nama-nama Sahabat Nabi diabadikan dalam berbagai kitab biografi, sejarah, dan hadis. Sehingga, untuk mengetahui kisah hidup mereka kita harus bersedia meluangkan waktu untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan Sahabat. Imam Bukhari dalam Jami’ as-Shahih-nya juga tidak lupa untuk mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan kebaikan dan keelokan sahabat semasa hidupnya. Semua itu terangkup dalam satu bab yang berjudul Manaqib as-Shahabah.
Sebagaimana diketahui tidak ada satu orang pun yang hidup saat ini ketemu langsung dengan para sahabat. Pengetahuan kita akan mereka hanya sebatas berkenalan melalui buku-buku yang dikarang oleh orang-orang yang terpecaya. Buku yang menjelaskan tentang bagaimana seluk-beluk kehidupan sahabat sangatlah banyak. Al-Ishabah karya Ibn Hajar al-‘Asqalani merupakan salah satu rujukan otoritatif tentang sahabat. Dalam Kitab ini, Ibn hajar hanya meriwayatkan sekitar 1000 para sahabat. Ibn ‘Abd al-Barr, yang hidup lebih awal dari Ibn Hajar, hanya mampu mengumpulkan sekitar 4.200 Sahabat. Sedangkan Ibn al-Atsir, hanya mampu mengumpulkan lebih dari 8.000 Sahabat. Menurut FJ (Fu’ad Jabali) ketika Nabi wafat masih ada sekitar 100.000 Sahabat yang masih hidup. Artinya, kalau kita menganggap kitab al-Ishabah karya Ibn Hajar sebagai karya terlengkap tentang riwayat Sahabat, maka kita hanya memiliki sekitar 10 persen informasi tentang mereka. 
Disinilah letak pentingnya membahas dan membaca buku berjudul; Sahabat Nabi; siapa, ke mana, dan bagaimana? Karya Fu’ad Jabali. Kehadiran buku ini  sangat membantu kita untuk menelusuri dan membahas lebih detail tentang siapa dan bagaimana sahabat Nabi. Karya ini juga bisa dianggap sebagai sebagai lanjutan dari tradisi yang telah diritintis ulama-ulama Islam terdahulu. Azyumardi Azra, dalam pengantarnya, mengatakan bahwa, “Buku ini semestinya lebih mudah dibaca kalangan pesantren yang sangat akrab dengan buku ahli hadis. Dan memang pembahasan Dr. Fuad Jabali tentang defenisi sahabat wajib dibaca kalangan pesantren siapa pun yang mempelajari hadis.” Selain menyajikan berbagai teori tentang defenisi dan persoalan lain terkait tentang sahabat, juga dicantumkan lampiran atau tabel berupa nama–nama sahabat yang jumlahnya ribuan orang. Dan hampir setengah dari isi buku ini, berisi lampiran-lampiran dan tabel. 
Pada awalnya, buku setebal 648 halaman itu diterjemahkan dari disertasi Fu’ad Jabali, yang sudah diterbitkan di Leiden tahun 2003 dengan judul, the companions of the prophet: A Study of Geographical Distribution and Political Alignments. Berdasarkan pengakuannya, untuk menulis karya ini beliau menghabiskan waktu selama dua tahun untuk membaca sebanyak 14.000 riwayat sahabat dari buku-buku yang ditulis pada abad ke-2 H/8 M sampai 8 H/ 14 M. 
Siapakah sahabat? Begitulah pertanyaan yang layak diutarakan sebelum membahas terlalu dalam kemana dan bagaimana sahabat. Kebanyakan penulis ataupun peneliti yang membahas tentang sahabat jarang sekali bertanya kepada diri mereka sendiri mengenai siapa sebenarnya sahabat itu. Sebut saja Joseph Schacht dan Fazlur Rahman, ketika mereka berbicara mengenai sahabat dalam konteks hadis, mereka tidak pernah memberikan defenisi yang jelas terkait dengan pemahaman mereka terhadap sahabat.
Begitu juga dengan Ignez Godziher, dalam bukunya, Islamic Studies, ia mendefenisikan sahabat sebagaimana yang didefenisikan oleh Imam Bukhari: “siapa saja diantara orang-orang muslim yang pernah bersama Nabi, atau melihatnya, adalah Sahabat.” Akan tetapi, Godziher mengutip al-Bukhari hanya sebagai sebuah contoh bagaimana motif teologi bisa menyebabkan munculnya perbedaan cara baca. Dalam pandangan mereka (Godziher, Schacht, dan Fadzlur Rahman) mendefenisikan sahabat tidaklah begitu penting, sebab, mereka sudah masyhur dan terkenal sehingga tidak perlu didefenisikan lagi. Menurut Fuad Jabali  pandangan seperti ini sangatlah menyesatkan.
Mungkin bagi sebagian kalangan beranggapan kalau pembahasan mengenai defenisi sahabat dan sahabat udul atau tidak, kurang begitu menarik. Pasalnya, pembahasan mengenai hal ini sudah jauh hari diperdebatkan oleh sarjana Islam klasik. Ibn Hajar dalam Fath al-Barri, menjelaskan bahwa ulama berbeda pendapat dalam memahami defenisi sahabat, diantara mereka ada yang mengharuskan ketemu langsung dengan nabi, ada juga yang mengatakan hanya cukup dengan melihat, namun juga terjadi perdebatan apakah melihatnya itu dari jarak yang dekat atau jauh. Kemudian ada yang lebih ketat lagi, sahabat adalah orang yang semasa dan pernah ikut berperang bersama nabi.
Tetapi, yang menarik dalam buku ini adalah bahasan tentang perpindahan sahabat ke tempat tinggal hunian baru di wilayah-wilayah urban yang baru ditaklukkan, seperti Mesir, Irak, Suriah, dan Kufah. kajian mengenai hal ini sangatlah penting untuk mengetahui pengaruh  sahabat non elit (Sahabat Biasa) terhadap perang Siffin dan melacak penyebab terjadinya konflik anatara Ali dan Muawiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar